Al-Kimia

Spectroscopic Characterizations of Sediment in Karanrang Island (Spermonde Archipelago) using FT-IR, XRF and XRD

Nur Faiizah Aqiilah Firman — 2024-12-22

Penelitian tentang karakterisasi spektroskopi sedimen di Pulau Karanrang telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral dalam sedimen sebelum melakukan penelitian lebih lanjut (pengukuran aktivitas ¹⁴C dalam sedimen). Pengambilan sampel sedimen dilakukan di tengah pulau dengan kedalaman 0.5; 1.0 dan 1.5 m. Sedimen dianalisis dengan Fourier-transformasi inframerah (FT-IR), fluoresensi sinar-X (XRF) dan difraksi sinar-X (XRD). Berdasarkan analisis ditemukan mineral kapur (CaO), aragonit (CaCO₃), silikon (Si), kuarsa (SiO₂), strontium (Sr) dan strontium oksida (SrO). Mineral yang terkandung dalam sedimen adalah CaO (11.02; 11.20 dan 12.11 %), CaCO₃ (49.72; 51.84 dan 53.57 %), Si (2.89; 3.53 dan 3.43 %), SiO₂ (11.02; 11.04 dan 9.96), Sr (10.19; 7.52 dan 10,03 %) dan SrO (12,40; 11,96 dan 9,15 %). Ca ditemukan dalam bentuk CaO dan CaCO₃. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CaCO₃ memiliki kandungan mineral tertinggi dalam sedimen. Dapat disimpulkan bahwa sedimen di Pulau Karanrang dapat dijadikan sampel untuk mengukur aktivitas¹⁴C.

Characterization of Volatile Compounds of Selected Aromatic Plants from West Java

Aika Latifah Alawiyah — 2024-12-22

Chrysopogon zizanioides (Poaceae), Pogostemon cablin (Lamiaceae), Cymbopogon nardus (Poaceae) and Citrus reticulate (Rutaceae) are known for their abundant essential oils and major commodities in Garut, West Java. Understanding the chemical composition of organic compounds can provide insights into the complex mixture of organic compounds contributing in plants' odour, flavour, and potency. This study aimed to identify the chemical composition of the essential oils of C. zizanioides (roots), P. cabin (leaves), C. nardus (stems), and C. reticulate (leaves and peel). The essential oils were distilled using the hydro distillation method. The chemical composition of essential oils was analyzed by Gas Chromatography-Massa Spectrometry (GC-MS). The results showed that the dominant significant compounds in the essential oil of C. zizanioides roots included valerenal (14.81%). Patchouli alcohol (33.23%) and E-citral (36.18%) were found in P. cabin leaves and C. nardus stems, respectively. The essential oil of C. reticulate leaves and peel contained significant compounds, namely limonene, with a percentage of 30.98% for leaves and 82.58% for peel. Sesquiterpenes were the dominant compounds found in C. zizanioides root and P. cabin leaves oil, while monoterpenes were the major compounds in C. nardus stem, C. reticulate leaves and peel.

English

Herliati Rahman — 2024-12-22

Green mussel shells are a potential source of calcium oxide for the cement industry. As the largest producer of shells in Asia, with an annual production of 309,886 tons, Indonesia faces the challenge of shell waste amounting to 70% of the total shell weight. Therefore, optimizing green mussel shell waste (GMS) is crucial to reducing environmental pollution and promoting innovation in eco-friendly cement production. This study aims to extract calcium carbonate (CaCO3) from green mussel shells through a 4-hour calcination process at temperatures of 700°C, 800°C, and 900°C. Analysis using titrimetric and X-ray Fluorescence (XRF) methods shows that GMS flour's calcium oxide (CaO) content reaches 98.16%. XRD diffractograms at a calcination temperature of 900°C indicate CaCO3 phases consistent with ICDD data No. 01-070-9854, identified at 2θ: 29.4°; 32.21°; and 37.37° (100%). Compressive strength tests demonstrate that adding 10% green mussel shells can increase cement compressive strength by 2.3%. These findings support using green mussel shells as an alternative raw material in the cement industry. By maximizing shell waste utilization, the industry can reduce waste and promote more sustainable and environmentally friendly cement production, marking a significant step towards waste management innovation and green solutions in the construction industry.

Phytochemical Test and Sunscreen Activities Ethanol Extract of Guava Tangkalak Leaves (Belluciapentamera)

oktania_cahya — 2024-12-24

Salah satu sumber cahaya alami yang penting bagi kehidupan adalah sinar matahari. Kulit merupakan organ terluar dan terbesar pada tubuh manusia yang sangat mudah terkena paparan sinar matahari. Hal ini bertujuan untuk mengetahui fitokimia senyawa metabolit sekunder pada tanaman jambu biji tangkalak dan aktivitasnya sebagai bahan aktif tabir surya menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman jambu biji tangkalak mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan steroid. Nilai SPF yang dihasilkan pada konsentrasi 400ppm, 500ppm, 600ppm, 700ppm, 800ppm, dan 1000ppm, nilai SPF sebesar 2,96; 4,60; 7.70; 10,76; 15.13; 27.41. Konsentrasi maksimum 1000 ppm memberikan perlindungan kategori ultra dalam SPF.

Effectiveness of Spinach Leaf Extract (Amaranthus spinosus L.) as an Anti-inflammatory against Paw Edema of White Rats (Rattus norvegicus)

Sitti Aisyah — 2024-12-24

Pemanfaatan daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dalam pengobatan tradisional banyak digunakan dikalangan masyarakat selain fungsinya sebagai bahan pangan. Daun bayam duri mengandung senyawa aktif yang dapat mengobati peradangan (inflamasi). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ekstrak daun bayam duri terhadap edema kaki tikus putih betina (Rattus norvegicus) yang diinduksi Karagenan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperiman dengan pola rancangan acak kelompok (RAK), yang terdiri dari 5 kali perlakuan dan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan peradangan (inflamasi) pada kaki tikus putih betina yang diinduksi karagenan. Efek antiinflamasi ekstrak daun bayam duri efektif pada dosis 1250 Mg/kg BB.

SIFAT TERMO-VISCOUS RESIN FENOLIK DENGAN RASIO MOLAR FORMALDEHID TERHADAP FENOL YANG BERBEDA

Ariadne Juwono — 2024-12-24

Phenolic resin is widely used as a matrix in the composite material. Understanding the thermo-viscous properties of the resin is essential because the viscosity is one of the main factors determining the success of the composite material fabrication. In this study, we synthesized the resin with formaldehyde to phenol molar ratio (F/P) of 1.1, 1.2, 1.3, and 1.4 and analyzed their viscosity as a function of temperature from 17℃ to 25℃. It was observed that the plot of the natural logarithm of the viscosity versus the reciprocal of the temperature of the synthesized phenolic resin is linear. Based on the slope of the Arrhenius plot, the Arrhenius energy of activation varies as a function of the F/P value. The resin’s Arrhenius energy of activation with an F/P value of 1.1, 1.2, 1.3, and 1.4 was 88.8 kJ⁄mol, 96.5 kJ⁄mol, 86.1 kJ⁄mol, and 81.4 kJ⁄mol, respectively. Furthermore, the differential scanning calorimetry (DSC) analysis was conducted on all resins. The endothermic reaction due to water evaporation was found to be dominated at a temperature of around 100℃, and the curing reaction peak of all resins took place at 150℃.

Sintesis Aluminium Formate-MOF dari Limbah Kaleng sebagai Material Penangkap Karbon Menggunakan Metode Solvotermal

FARIS ACHMAD PARMADI — 2024-12-26

Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis dan mengkarakterisasi aluminium formate-metal organic framework (ALF-MOF) dari limbah kaleng minuman dengan metode solvotermal. Metode solvotermal dipilih karena kemampuannya untuk menghasilkan material dengan struktur yang terkontrol dan sifat-sifat yang unggul. Penelitian ini juga menggunakan desain eksperimen Central Composite Design (CCD) untuk mengoptimalkan kondisi sintesis. Proses sintesis ALF-MOF dilakukan dengan mencampurkan serbuk Al(OH)3 yang diperoleh dari hasil ekstraksi aluminium pada limbah kaleng minuman dan HCOOH dalam DMF. Campuran tersebut diaduk dan dipanaskan dalam reaktor autoklaf pada rasio mol Al/HCOOH (1:3, 1:5, dan 1:7) dan waktu reaksi (1, 2, dan 3 jam). Selanjutnya, produk dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR, XRD, SEM, dan BET. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kondisi optimum sintesis dicapai pada rasio mol Al/HCOOH dan waktu reaksi 1:3,729 dan 2,874 jam dengan nilai rendemen ALF-MOF sebesar 87,71%. Hasil karakterisasi menunjukkan adanya gugus COO dan gugus Al-O-Al. Produk ALF-MOF juga memiliki diameter partikel rata-rata 23,57 nm dengan %kristalinitas 51,30% dan luas permukaan 128,507 m2 /gram.

Polimer Kitosan-Natrium Tripolifosfat Tercetak Molekul: Sintesis dan Aplikasinya untuk Ekstraksi Residu Antibiotik pada Hasil Peternakan

Eviomitta Rizki Amanda — 2024-12-26

Analisis residu antibiotik menjadi suatu tantangan karena rendahnya konsentrasi dalam matriks barang pertanian yang rumit. Dalam penelitian ini, adsorben selektif yang dikembangkan dari polimer tercetak secara molekuler (MIP) digunakan secara efektif untuk preparasi sampel. Melalui penggunaan polimer tercetak molekul berbasis kitosan(Chi-MIP) , residu tetrasiklin secara efektif diekstraksi dari sampel telur dan susu. Adsorben diabuat dengan memasukkan 0.1 gram Chi-MIP ke dalam kantong yang terbuat dari kertas saring selulosa ukuran 2 x 2 cm. Adsorben dimasukkan ke dalam larutan sampel yang mengandung tetrasiklin. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pengaduk hot plate. Pada akhir proses ekstraksi, antibiotik yang diekstraksi dikeluarkan dari adsorben melalui proses desorpsi dalam pelarut organik menggunakan ultrasonikator. Setelah itu, analit yang terdesorbsi dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 267 nm. Untuk memperoleh hasil optimum, kondisi ekstraksi dioptimasi sehingga diperoleh hasil sebagai berikut: waktu ekstraksi 12 menit, waktu desorpsi 3 menit, dan etil asetat sebagai pelarut organik pendesorbsi. Melalui metode standar adisi, diperoleh hasil validasi metode pada sampel susu dan telur masing-masing menunjukkan rentang linearitas 1–5 mgL^-1, koefisien korelasi (R²) sebesar 0.99, nilai akurasi sebesar 98.22% dan 88.10% , presisi sebesar 2.74% dan 1.06%, LoD sebesar 0.46 mgL^-1 dan 0.51 mgL^-1, LoQ sebesar 1.52 mgL^-1 dan 1.70 mgL^-1, serta faktor pengayaan sebesar 3.27 kali.